Tuesday, May 10, 2016

Kenyataan di balik robot seks

robot seks

Dalam dua film baru-baru ini, Her dan Ex Machina, para produser film mengeksplorasi konsep yang cukup menantang; apakah manusia bisa jatuh cinta dengan robot atau apakah orang mau berhubungan seks dengan AI (artificial inteligence) -intelejensia artifisial atau robot.
Tentu saja, bukan pertama kalinya orang dikaitkan dengan manusia buatan karena cerita seperti ini sudah ada dalam mitologi Yunani Pygmalion.

Namun di tengah perkembangan AI dan robot yang semakin maju, sejumlah pihak bahkan mengklaim telah merancang robot untuk bercumbu dan berhubungan seks.
Dalam bukunya Love and Sex with Robots, misalnya, David Levy memperkirakan menikah dengan robot akan diresmikan pada 2050.

Terdengarnya seperti semacam revolusi seksual, namun fakta di balik itu lebih rumit. Membuat dan merancang robot untuk hubungan seksual akan lebih sulit dibandingkan dengan yang dibayangkan sebelumnya. Bagaimana caranya meyakinkan orang dan mengatasi berbagai hambatan dalam industri seks.
Satu perusahaan tidak bisa begitu saja menciptakan robot seks tanpa melakukan penelitian dan memperhatikan peraturan terlebih dahulu.

Yang membedakan robot seks dan alat seks

Sebelum kita bicarakan lebih lanjut, mari kita telaah lebih lanjut apa yang dapat dikategorikan sebagai robot seks.

robot seks



Secara teknis, apapun yang memiliki unsur robotik yang dapat dijadikan elemen untuk berhubungan seks. Alat-alat ini sudah ada dalam bentuk mainan seks yang dihubungkan dengan aplikasi yang menstimulasi sensasi. Misalnya alat penggetar yang dapat digerakkan dengan remote control.

"Banyak alat tersedia yang secara anatomi menyerupai manusia dan dapat membantu pengalaman fantasi secara langsung dan lebih mudah dikontrol dibandingkan dengan pasangan," kata Shelly Ronen, peneliti dari New York University, NYU, yang mempelajari, hubungan, seks dan dan mainan seks.

Sebagian mainan ini memang berhasil namun sebagian lain tidak laku di pasar.
Pada tahun 2009, alat yang disebut RealTouch mulai muncul. Alat ini digunakan pria untuk dihubungkan dengan video porno dan menstimulasi sensasi yang dapat dirasakan langsung melalui layar.
Pengalaman seperti ini cukup realistis, menurut kajian situs teknologi Gizmag

robot seks

Tak ada pangsa pasar

Namun RealTouch tak punya pangsa pasar dan setelah muncul kasus tuntutan hak paten pada tahun 2013, alat ini tak lagi dijual.
Bagaimanapun sebagian besar alat ini adalah mainan seks dan bukannya robot. Apa yang dimaksud dengan orang bila membicarakan robot seks adalah robot berbentuk manusia yang dibuat dengan kapasitas bisa melakukan aktivitas seksual.

Saat ini, robot berbentuk manusia yang paling mirip adalah boneka yang dijual oleh perusahaan-perusahaan seperti Abyss Creations di California, Amerika Serikat.
Abyss membuat dan menjual apa yang disebut RealDolls yang disesuaikan dengan bentuk tubuh manusia dan juga 'kepribadian'.

Akan tetapi alat ini masih sangat mahal dan berkisar antara US$5.000 sampai US$10.000 -atau sekitar Rp66 juta sampai Rp132 juta- tergantung pada pesanan orang. RealDolls adalah boneka dan bukan juga robot seks. Paling tidak belum menjadi robot seks.

Dan robot seks -yang bukan sekedar boneka atau juga bukan alat- jelas lebih rumit prospeknya.
"Robot seks memerlukan berbagai disiplin ilmu, mulai dari teknologi nano untuk membuat sesuatu yang menyerupai kulit sampai AI dengan pengetahuan bahasa," kata AV Flox, seorang wartawan yang meliput isu seks, hukum dan teknologi.
Membuat seks memerlukan teknik tersendiri, mulai dari kulit sampai baterai khusus serta alat pemproses.

robot seks 

Robot seks perlu kulit yang realistis

Pertama-tama, robot seks harus dapat dibuat berdiri. Sampai sekarang boneka seks dan boneka berbentuk manusia berat. RealDolls beratnya bisa mencapai 47 kg dan tidak dapat berdiri.
Robot seks tidak hanya harus dapat berdiri namun juga bergerak sendiri. Tugas ini berat. Para ahli robot masih berusaha untuk mereplikasi gerakan manusia.

Selain itu robot juga memerlukan kulit yang realistik dan siapapun yang menyentuh silikon akan tahu bahwa yang disentuh bukan kulit. Silikon juga sulit dibersihkan.
Mereplikasi bukan hanya mencakup berbagai jenis kulit namun kepekaan dan fleksibilitasnya dan ini sangat sulit.

Bulan Oktober lalu lalu, para peneliti di Singapura mengumumkan mereka telah mengembangkan kulit artifisial yang dapat merasakan tekanan. Namun tidak dapat merasakan suhu dan tidak dapat meregang sehingga tak seperti kulit manusia.

robot seks

Di dalam robot sendiri, para ilmuwan harus mengembangkan kecerdasan buatan atau AI yang dapat berkomunikasi dengan pasangan manusianya.
AI telah dikembangkan baru-baru ini namun masih belum dapat menstimulasi emosi yang diperlukan dalam hubungan.

Komputer bisa mengalahkan manusia dalam main catur, namun seks seperti layaknya berdansa. Pasangan harus dapat memprediski dan menanggapi gerakan. Saat ini, AI dan pemahaman bahasa yang diperlukan masih sangat jauh pengembangannya.
Para pengembang juga memiliki tugas untuk menciptakan robot yang tampak meyakinkan sebagai manusia dan tidak menakutkan.

Bentuk pertama seperti kartun

Madeline Ashby, seorang penulis fiksi sains tentang masa depan mengatakan ia berpendapat robot seks pertama tidak akan sepenuhya tampak seperti manusia.
"Rancangan awal akan tampak seperti karikatur kartun," kata Ashby.
Namun secara keseluruhan untuk membuat seks robot diperlukan tim yang besar, para teknisi, pakar robot, perancang mainan seks, dan pakar komputer.
Tantangannya bukan hanya dari sisi ilmu dan pengetahuan saja namun juga dari sisi pendanaan, hukum dan masalah budaya.

Argumen bagi mereka yang mendukung dan menentang robot seks cukup rumit.
Misalnya, sebagian kalangan khawatir robot seks akan memukul para pekerja seks komersial yang sudah terpinggir sementara pendapat lain menyebutkan robot seks justru akan membuat aman para PSK.
Kampanye menentang robot seks berdasar para argumen bahwa pekerja seks adalah sesuatu yang buruk, pendapat yang ditentang oleh para pekerja seks sendiri dan juga berbagai organisasi seperti Amnesty International.

Konperensi tahunan seks dengan robot dibatalkan

Selain itu juga ada masalah dana. Sulit bagi perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam seks industri seks mendapatkan investasi.
Di Amerika Serikat, ada peratursan resmi dan non-formal yang menyulitkan bisnis beroperasi untuk industri kategori dewasa ini.
Bank-bank tidak akan memberikan pinjaman untuk industri kecil, sementara perusahaan kartu kredit akan menolak transaksi.

Aplikasi seperti Apple App store dan Google Play tidak akan menyepakati konten dewasa ini, apakah secara eksplisit atau yang mengandung unsur erotis.
Mesin pencari juga tidak akan menampilkan konten dewasa kecuali bila secara spesifik diminta. Sejumlah konten bahkan justru disaring.

Dan masalah bukan hanya terjadi di Amerika Serikat.
Konperensi tahunan kedua Love and Sex with Robots yang seharusnya diselenggarakan di Malaysia pada November 2015 dibatalkan mendadak karena disebut ilegal.
"Karena kondisi di luar kendali, Konperensi Internasional Kedua Tentang Cinta dan Sex dengan Robot akan ditunda sampai 2016."

Robot seks suatu saat akan tiba dalam bentuk yang memang dirancang sangat khusus. Harganya akan sangat mahal dan akan ada sejumlah peraturan yang perlu dihadapi untuk membuat robot seks.
Rose Eveleth adalah kolumnis untuk BBC Future dan produser podcast Flash Forward, program atas apa yang mungkin terjadi di masa depan.




No comments:
Write komentar

VISITOR TRAFIC